Jumat, 31 Oktober 2014

Impian Menjadi Penulis

            Goresan pena oleh seseorang di atas kertas yang menjadikan kertas itu tak lagi bersih, mungkin adalah anggapan sederhana orang tentang menulis. Bukan sebuah kesalahan jika kegiatan menulis diartikan menjadi kegiatan ‘mengotori kertas’. Tetapi, lebih sempit dari itu, kegiatan menulis memberikan makna tersendiri bagi sang penulis dan mungkin saja sang pembaca. Dalam tulisan tersebut, penulis dapat mengekspresikan emosinya dengan lebih terkendali dan pembacanya dapat mengerti apa yang sedang dirasakan serta dimaksud sang penulis dalam tulisannya.
            Memang terkesan tidak begitu menarik bagi sebagian orang, tetapi bagi sebagian yang lain hal tersebut berbeda. Alasan yang melatarbelakangi perbedaan itu juga beragam, mungkin orang menulis karena dituntut agar mendapatkan uang, atau sekedar hobi yang bahkan tidak ingin satupun membaca tulisannya. Berbeda juga denganku, hanya berawal dari pujian guru SDku yang mengatakan bahwa aku pintar menyusun kata-kata, aku sudah besar kepala. Kakak perempuanku pernah mengatakan bahwa menjadi penulis itu cepat kaya, tetapi kakakku melanjutkan kalimatnya “kalau bukunya best seller”. Mendengar orang-orang berbicara seperti itu, muncul keinginanku menjadi seorang penulis. Pada awalnya keinginan itu aku anggap sebatas hobi, tetapi seiring berjalannya waktu aku ingin orang dapat terinspirasi atau termotivasi lewat tulisan-tulisanku sampai aku menyadari untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah.
            Ketika umurku beranjak menjadi sembilan tahun, kakakku memberi hadiah sebuah buku harian kecil berwarna biru bergambar ‘pink hana’, salah satu tokoh yang aku suka. Aku merasa senang mendapatkan hadiah itu, kemudian aku menuliskan semua yang aku rasakan dan aku lalui setiap hari dalam buku tersebut. Tentu saja buku itu terisi penuh dengan cepat, lalu aku selalu membeli buku harian baru setiap aku selesai memenuhi buku harianku sebelumnya. Kegiatan itu aku lakukan hingga SMP, buku harian terakhirku berwarna hijau dan memiliki kotak khusus. Buku tersebut belum juga penuh, semakin lama aku lebih suka menulis sebuah cerpen.
            Sebelum aku berhenti menulis dalam buku harian, aku sudah beberapa kali menulis cerpen. Selain itu, kakakku memiliki aplikasi untuk menulis buku harian elektronik dan tentu saja aku sangat tertarik. Tetapi, karena aku tidak memiliki laptop pribadi, aku jarang menulis buku harian elektronik itu dan lebih menyukai mencoret-coret kertas dengan rancangan cerpenku. Beberapa kali aku mengikuti lomba di majalah dan mencari-cari info lain tentang lomba menulis cerpen tetapi belum pernah ada juara yang aku raih dari perlombaan menulis cerpen. Satu kali tulisanku dimuat di majalah Bobo, tetapi tulisan itu adalah kisah pengalaman mengikuti perlombaan ketika memperingati hari kemerdekaan, bukan sebuah cerpen. Meskipun seperti itu, aku tetap merasa senang mendapat hadiah kaos dan handuk ‘bobo’.
            Seperti cerpen, aku pernah membuat cerita yang lebih panjang layaknya novel. Teman-temanku SMP satu kelas selalu menantikan kelanjutan kisah yang aku tulis setiap harinya, mereka bilang menyukai tulisanku dan tulisanku itu bagus. Aku berpikir lain ketika aku mengulang membaca tulisanku, aku berpikir tulisan panjangku bagaikan sinetron dengan cerita yang rumit. Aku mengulang membacanya ketika aku SMA, berharap dapat membuat novel yang lebih baik dari yang pernah aku tulis.
            Harapan dapat membuat novel yang lebih baik belum bisa aku realisasikan. Ternyata menjadi anak SMA tidak memiliki banyak waktu seperti halnya masa SMPku, terlebih aku sekolah di luar kota waktu SMA. Ketika SMA, aku memilih ekstrakulikuler ‘jurnalis’ bagian majalah karena aku ingin hobiku menulis bisa dibaca orang lain dalam sebuah majalah. Mengikuti ekstra tersebut memberiku banyak ilmu terutama dari pengalaman para alumni, walaupun dalam organisasi aku hanya senang dengan beberapa kegiatan yang menurutku menarik dan aku bukanlah anggota yang aktif. Mengikuti lomba cerpen masih aku ikuti dan seperti biasa aku belum mendapatkan apresiasi sebagai penulis cerpen terbaik. Menulis untuk dikirimkan bukan hal yang mudah, kemudian aku mengenal blog dan menuliskan beberapa tulisanku di dalamnya. Saat ini blog tersebut terlihat usang, sudah lama semenjak terakhir aku membukanya untuk menghapus beberapa postingan untuk kepentingan tugas sekolah membuat blog.
            Menekuni sesuatu dan bertahan di dalamnya bukanlah hal yang mudah. Dalam suatu seminar, secara tidak sengaja pembicara memberikanku pengeras suara dan menanyakan cita-citaku. Aku hanya menjawab ‘penulis’ lalu dengan lantang sang pembicara menyuruhku menyebutkan cita-cita yang lebih spesifik, “aku ingin menjadi penulis terkenal yang dapat menginspirasi orang lain lewat tulisan-tulisanku,” seisi aula bertepuk tangan dan mendoakanku. Mendapat kejadian (bukan) kebetulan seperti itu membuatku seakan memiliki janji untuk benar-benar menjadikannya kenyataan.
            Aku tiak memiliki banyak cara untuk menjadi penulis terkenal karena menurutku semua itu memang pasti membutuhkan waktu yang panjang sehingga yang aku lakukan hanya terus membuat cerpen untuk aku kirimkan lomba. Belum ada satu diantara cerpenku yang berhasil, sedangkan untuk membuat novel aku masih sulit menyelesaikannya karena sering menganggap tulisanku kurang baik untuk ukuran sebuah novel. Sahabatku mengerti apa yang aku rasakan tentang tulisanku dan berkata, “kenapa tulisanmu nggak langsung kamu kirim saja ke penerbit? Coba aja”.

            Ketika aku menemukan tentang ‘rasibook’ dari perlombaan artikel ini, aku menelusuri informasi melalui link http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html dan ternyata rasibook merupakan penerbit yang membantu para penulis berkeinginan memulai karirnya untuk menerbitkan bukunya secara self publishing. Semangat menyelesaikan novel selama ini muncul dan tentunya dengan terget dapat mengirim naskah ke rasibook. Keinginan sebagai apapun kita kelak, aku yakin tidak pernah ada alasan untuk berhenti berusaha meraihnya. Jika memang berhenti adalah pilihan berat yang terpaksa harus dipilih, maka harus ada janji untuk bangkit dan memulainya kembali. Semangat untuk para pemimpi dalam mengejar impian-impian kalian!!

13 komentar:

  1. Salut sama semangatnya, semoga bisa terwujud mimpinya :-) :-) :-)

    BalasHapus
  2. Semangat kawan.. jangan pernah berhenti..!! Jika memangvterlanjur basah, knapa tk mnikmatinya dengan berenang.. :-D
    Kelak akku ingin menuliskan komentarku d sampul" novelmu.. terus berkarya.. :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbaakk :) aku akan berusaha buat bikin novel ituuu ><

      Hapus
  3. Menekuni sesuatu dan bertahan di dalamnya bukanlah hal yang mudah

    bener jleee seng iki
    semangaaattt mujleeeee :)

    BalasHapus