Minggu, 21 Desember 2014

Redmi Xiaomi Hustlin Case

Redmi Xiaomi Hustlin Case: Redmi Xiaomi Hustlin Case design by Ghny. Floral case combine with a gold typography print, this case strong, and won't scratch your phone, also available for iPhone 4/4s/5/5s/5c, Samsung Galaxy Note 2, 3, Samsung Galaxy S3, S4, S5, Samsung Galaxy Grand.



Find this cool stuff here: http://zocko.it/LHyxw

Polar Bear Sweater

Polar Bear Sweater: Polar Bear Premium Sweater by Auburn & Ginger. A super lovely and must have sweater! Made from good material with a cute color, make this sweater one of your favorite, who doesn't want a cute polar bear hanging on your shoulder?




Find this cool stuff here: http://zocko.it/LHyx8

Finn iPhone 6 Plus Case

Finn iPhone 6 Plus Case: Finn iPhone 6 Plus Case by TYRP. Red case with Finn the human from adventure time print, this case sure is cool, also available for iPhone 4/4S, 5/5S, 5C, 6, Samsung Galaxy Note 2, 3, Samsung Galaxy S3, S4, S5, Samsung Galaxy Grand, Redmi Xiaomi S1, and Redmmi Xiaomi Note.



Find this cool stuff here: http://zocko.it/LHywh

Jumat, 31 Oktober 2014

Impian Menjadi Penulis

            Goresan pena oleh seseorang di atas kertas yang menjadikan kertas itu tak lagi bersih, mungkin adalah anggapan sederhana orang tentang menulis. Bukan sebuah kesalahan jika kegiatan menulis diartikan menjadi kegiatan ‘mengotori kertas’. Tetapi, lebih sempit dari itu, kegiatan menulis memberikan makna tersendiri bagi sang penulis dan mungkin saja sang pembaca. Dalam tulisan tersebut, penulis dapat mengekspresikan emosinya dengan lebih terkendali dan pembacanya dapat mengerti apa yang sedang dirasakan serta dimaksud sang penulis dalam tulisannya.
            Memang terkesan tidak begitu menarik bagi sebagian orang, tetapi bagi sebagian yang lain hal tersebut berbeda. Alasan yang melatarbelakangi perbedaan itu juga beragam, mungkin orang menulis karena dituntut agar mendapatkan uang, atau sekedar hobi yang bahkan tidak ingin satupun membaca tulisannya. Berbeda juga denganku, hanya berawal dari pujian guru SDku yang mengatakan bahwa aku pintar menyusun kata-kata, aku sudah besar kepala. Kakak perempuanku pernah mengatakan bahwa menjadi penulis itu cepat kaya, tetapi kakakku melanjutkan kalimatnya “kalau bukunya best seller”. Mendengar orang-orang berbicara seperti itu, muncul keinginanku menjadi seorang penulis. Pada awalnya keinginan itu aku anggap sebatas hobi, tetapi seiring berjalannya waktu aku ingin orang dapat terinspirasi atau termotivasi lewat tulisan-tulisanku sampai aku menyadari untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah.
            Ketika umurku beranjak menjadi sembilan tahun, kakakku memberi hadiah sebuah buku harian kecil berwarna biru bergambar ‘pink hana’, salah satu tokoh yang aku suka. Aku merasa senang mendapatkan hadiah itu, kemudian aku menuliskan semua yang aku rasakan dan aku lalui setiap hari dalam buku tersebut. Tentu saja buku itu terisi penuh dengan cepat, lalu aku selalu membeli buku harian baru setiap aku selesai memenuhi buku harianku sebelumnya. Kegiatan itu aku lakukan hingga SMP, buku harian terakhirku berwarna hijau dan memiliki kotak khusus. Buku tersebut belum juga penuh, semakin lama aku lebih suka menulis sebuah cerpen.
            Sebelum aku berhenti menulis dalam buku harian, aku sudah beberapa kali menulis cerpen. Selain itu, kakakku memiliki aplikasi untuk menulis buku harian elektronik dan tentu saja aku sangat tertarik. Tetapi, karena aku tidak memiliki laptop pribadi, aku jarang menulis buku harian elektronik itu dan lebih menyukai mencoret-coret kertas dengan rancangan cerpenku. Beberapa kali aku mengikuti lomba di majalah dan mencari-cari info lain tentang lomba menulis cerpen tetapi belum pernah ada juara yang aku raih dari perlombaan menulis cerpen. Satu kali tulisanku dimuat di majalah Bobo, tetapi tulisan itu adalah kisah pengalaman mengikuti perlombaan ketika memperingati hari kemerdekaan, bukan sebuah cerpen. Meskipun seperti itu, aku tetap merasa senang mendapat hadiah kaos dan handuk ‘bobo’.
            Seperti cerpen, aku pernah membuat cerita yang lebih panjang layaknya novel. Teman-temanku SMP satu kelas selalu menantikan kelanjutan kisah yang aku tulis setiap harinya, mereka bilang menyukai tulisanku dan tulisanku itu bagus. Aku berpikir lain ketika aku mengulang membaca tulisanku, aku berpikir tulisan panjangku bagaikan sinetron dengan cerita yang rumit. Aku mengulang membacanya ketika aku SMA, berharap dapat membuat novel yang lebih baik dari yang pernah aku tulis.
            Harapan dapat membuat novel yang lebih baik belum bisa aku realisasikan. Ternyata menjadi anak SMA tidak memiliki banyak waktu seperti halnya masa SMPku, terlebih aku sekolah di luar kota waktu SMA. Ketika SMA, aku memilih ekstrakulikuler ‘jurnalis’ bagian majalah karena aku ingin hobiku menulis bisa dibaca orang lain dalam sebuah majalah. Mengikuti ekstra tersebut memberiku banyak ilmu terutama dari pengalaman para alumni, walaupun dalam organisasi aku hanya senang dengan beberapa kegiatan yang menurutku menarik dan aku bukanlah anggota yang aktif. Mengikuti lomba cerpen masih aku ikuti dan seperti biasa aku belum mendapatkan apresiasi sebagai penulis cerpen terbaik. Menulis untuk dikirimkan bukan hal yang mudah, kemudian aku mengenal blog dan menuliskan beberapa tulisanku di dalamnya. Saat ini blog tersebut terlihat usang, sudah lama semenjak terakhir aku membukanya untuk menghapus beberapa postingan untuk kepentingan tugas sekolah membuat blog.
            Menekuni sesuatu dan bertahan di dalamnya bukanlah hal yang mudah. Dalam suatu seminar, secara tidak sengaja pembicara memberikanku pengeras suara dan menanyakan cita-citaku. Aku hanya menjawab ‘penulis’ lalu dengan lantang sang pembicara menyuruhku menyebutkan cita-cita yang lebih spesifik, “aku ingin menjadi penulis terkenal yang dapat menginspirasi orang lain lewat tulisan-tulisanku,” seisi aula bertepuk tangan dan mendoakanku. Mendapat kejadian (bukan) kebetulan seperti itu membuatku seakan memiliki janji untuk benar-benar menjadikannya kenyataan.
            Aku tiak memiliki banyak cara untuk menjadi penulis terkenal karena menurutku semua itu memang pasti membutuhkan waktu yang panjang sehingga yang aku lakukan hanya terus membuat cerpen untuk aku kirimkan lomba. Belum ada satu diantara cerpenku yang berhasil, sedangkan untuk membuat novel aku masih sulit menyelesaikannya karena sering menganggap tulisanku kurang baik untuk ukuran sebuah novel. Sahabatku mengerti apa yang aku rasakan tentang tulisanku dan berkata, “kenapa tulisanmu nggak langsung kamu kirim saja ke penerbit? Coba aja”.

            Ketika aku menemukan tentang ‘rasibook’ dari perlombaan artikel ini, aku menelusuri informasi melalui link http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html dan ternyata rasibook merupakan penerbit yang membantu para penulis berkeinginan memulai karirnya untuk menerbitkan bukunya secara self publishing. Semangat menyelesaikan novel selama ini muncul dan tentunya dengan terget dapat mengirim naskah ke rasibook. Keinginan sebagai apapun kita kelak, aku yakin tidak pernah ada alasan untuk berhenti berusaha meraihnya. Jika memang berhenti adalah pilihan berat yang terpaksa harus dipilih, maka harus ada janji untuk bangkit dan memulainya kembali. Semangat untuk para pemimpi dalam mengejar impian-impian kalian!!

Senin, 10 Februari 2014

Artikel : Indonesia Sebelum Saat Ini


        Indonesia didiami oleh banyak penduduk yang telah melewati berbagai zaman sebelum saat ini. Keberadaan manusia di Indonesia memiliki urutan masa. Tapi sebelum masa-masa perkembangan peradaban manusia di Indonesia berlangsung, kehidupan manusia di muka bumi ini sudah terjadi. Sebelum ada kehidupan manusia, hanya alam semesta inilah yang ada.
            Manusia diperkirakan mulai mendiami bumi ini pada Kala Pleistosen, sedangkan menurut usia bumi Kala Pleistosen merupakan masa yang paling muda. Zaman Kala Pleistosen atau Dilluvium berlangsung kira-kira antara 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu. Pada masa Kala Pleistosen, bagian barat Kepulauan Indonesia yang sudah mulai stabil terhubung dengan daratan Asia Tenggara. Kepulauan Indonesia bagian timur yang belum stabil seperti Pulau Papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Namun, ketika es dari Kutub Utara mencair karena kenaikan suhu, lautan menenggelamkan daratan-daratan rendah yang menjadikan wilayah Indonesia bagian barat terpisah kembali dengan wilayah Asia daratan dan wilayah Indonesia Timur.
            Perubahan-perubahan yang terjadi di bumi mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia di Indonesia yang akhirnya memunculkan teori dan penemuan tentang asal mula manusia purba di Indonesia oleh seorang sarjana Belanda bernama Eugena Dubois. Ia menyatakan bahwa manusia purba hidup di daerah tropis karena iklim di daerah tropis stabil yang dibuktikan dengan penemuan fosil Pithecanthropus Erectus di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur.
            Manusia yang telah muncul mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh akal yang dimiliki oleh manusia. Dengan akal yang dimilikinya, manusia mencoba memecahkan tantangan alam yang dihadapinya. Manusia dengan akal yang dimilikinya, mencoba berpikir bagaimana memecahkan tantangan hidup yang dihadapi yang disebabkan oleh kondisi alam. Manusia menghadapi tantangan hidupnya dengan menciptakan peralatan hidup. Dari zaman ke zaman, peralatan kehidupan manusia berkembang. Perkembangan itu terjadi, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Peralatan-peralatan yang diciptakan manusia merupakan hasil kebudayaannya.
            Perkembangan kehidupan manusia terjadi bukan hanya pada hubungan manusia dengan lingkungan alam. Interaksi diantara sesama manusia mengalami perkembangan pula. Interaksi ini terjadi disebabkan oleh adanya saling membutuhkan diantara individu individu karena manusia merupakan makhluk sosial.
            Perkembangan kehidupan manusia di Indonesia juga terjadi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Kehidupan manusia di Indonesia yang dulu masih hidup secara individual berkembang menjadi hidup secara berkelompok. Awalnya, manusia hidup bergantung pada alam, cara yang mereka lakukan untuk mendapatkan makanan yaitu dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Karena mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berburu, hidup mereka berpindah-pindah (nomaden). Selanjutnya, manusia mengalami perkembangan kehidupan, mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bercocok tanam. Di masa bercocok tanam, interaksi antara manusia dengan manusia sudah terjadi dan mengakibatkan mereka hidup tidak berpindah-pindah lagi (menetap). Pada perkembangan yang selanjutnya, manusia sudah mengenal pengolahan logam. Sedangkan kehidupan budaya berkembang bertahap sampai saat ini kita dapat memanfaatkannya dengan lebih sempurna.
            Kebudayaan yang berkembang diantaranya adalah alat-alat yang digunakan dalam mencari kebutuhan hidup. Di setiap zaman atau masa, alat-alat berkembang seperti perkembangan alat yang terbuat dari batu berkembang sehingga manusia dapat membuat alat dari logam.
            Pada zaman batu, manusia telah dapat membuat banyak benda dengan berbagai bentuk. Kebudayaan pada zaman batu ialah kapak persegi (kapak berbentuk persegi panjang atau trapezium), kapak lonjong (kapak yang penampangnya berbentuk lonjong), menhir (tugu besar dibuat dari batu inti yang masih kasar), dolmen (sebuah batu besar seperti meja, daun dan kakinya terbuat dari batu utuh yang dihaluskan), peti kubur batu (bangunan berupa peti batu dengan empat buah papan batu atau lebih dengan bentuk seperti peti mati zaman sekarang), pundek berundak (bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat), dan lain-lain adalah contoh-contoh kebudayaan yang terbuat dari batu. Itu menjadi bukti bahwa manusia pada zaman batu telah berhasil menghasilkan kebudayaan walaupun itu hanya dari batu.
            Perkembangan selanjutnya pada zaman logam. Manusia mengembangkan kebudayaan mereka, mereka telah dapat membuat benda-benda yang terbuat dari perunggu seperti bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai, nekara (berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengah dan sisi atapnya tertutup), kapak corong (bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah), perhiasan (hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung), dan arca-arca yang terbuat dari perunggu.
            Selain perkembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya, sistem kepercayaan pada masa pra-sejarah di Indonesia juga mengalami banyak perkembangan. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sistem kepercayaan pada sesuatu yang luar biasa atau kekuatan di luar kehendak manusia, tampaknya sudah ada. Pada masa selanjutnya, kepercayaan baru sebatas adanya penguburan. Kepercayaan ini peninggalan kepercayaan pada masa bercocok tanam dan perundagian.
            Pengaruh kebudayaan  pada zaman pra-sejarah di Indonesia diperkirakan memiliki hubungan dengan kebudayaan luar. Bukti yang menunjukkan adanya hubungan tersebut dapat dilihat dari alat-alat yang dihasilkan. Alat-alat yang dihasilakan memiliki persamaan dengan yang ada di Indonesia. Kebudayaan luar yang memiliki kesamaan diantaranya yaitu kebudayaan Dongson, Sahuyinh, dan India.
            Perkembangan kebudayaan zaman perungdagian dipengaruhi oleh kebudayaan Dongson. Kebudayaan yang dipengaruhinya terutama alat-alat yang dibuat dari perunggu. Penemuan kebudayaan Dongson pertama kali dilakukan oleh Payot. Pada tahun 1924, dia mengadakan penggalian kuburan di Dongson (Vietnam).
            Perkembangan kebudayaan Sahuyinh berkaitan dengan pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah pada zaman perundagian masih dianggap penting, walaupun sudah berkembang teknik penuangan logam.
            Kebudayaan India belum begitu menyebar luas di Indonesia pada masa pra-sejarah. Penyebaran kebudayaan India secara meluas baru dimulai pada zaman sesudah pra-sejarah, yaitu zaman Hindu-Budha. Diduga kebudayaan India berpengaruh pada zaman pra-sejarah yaitu pada kebudayaan kapak lonjong.
            Itu semua adalah bukti bahwa proses perkembangan manusia dan peradabannya di Indonesia sangatlah panjang. Termasuk pengaruh yang menjadikan Indonesia menjadi seperti saat ini, sangat beragam baik dari dalam negeri maupun dari luar. Mempelajari sejarah peradaban di Indonesia beserta perkembangannya akan membuat kita menyadari betapa panjang proses yang telah terlewat sebelum Indonesia menjadi seperti saat ini.
Sumber: 
Tarunasena. 2009. Memahami Sejarah. Jakarta: Pusat Perbukua Departemen Pendidikan Nasional Herimanto. 2009. Pembelajaran Sejarah Interaktif. Surakarta: Platinum.

Senin, 27 Januari 2014

Review Movie : Hotel Transylvania

          A Monster 3D film produced by ‘Michelle Murdocca’ was released in 2012. Genndy Tartakousky directs the film to be a simple one. This movie tells about a Dracula (Adam Sandler) who built a hotel to protect his daughter, Mavis (Selena Gomez) from humans. Beside that, we can see a part showing love between monster and human.
          The story began from a little baby dracula who hadn’t mother, Mavis, just live with her father, Dracula. Her mother died because of a tragedy with humans that burned her family. That’s why Dracula very protective with Mavis, he didn’t want lose his daughter liked his wife. So, he built a hotel, special hotel for monsters only. Mavis forbidden to meet humans even when Mavis had been 118 years old. The Dracula lied to his daughter a fact about a humans village. He said that humans were cruel to monsters. But, Jhonnatan (a human) felt curious with the human village then he came to hotel transylvania and got ‘zing’, love in the first sight, happened between Jhonnatan and Mavis.
          The love story was unique until Jhonny was known was a real human. He was forced to say that he hate monsters forever and then he went out from hotel. It made Mavis sad and felt she just got ‘zing’ with Jhonny but not on the contrary. Dracula had the heart with Mavis and finally, he looked for Jhonny and taok him to Mavis for present in Mavis’s birthday.
          Hotel transylvania is an amuse 3D movie about monsters. A plot keeps interest. You feel sympathy with Mavis that hasn’t mother and you can take the message of the power of love. Love when ‘zing’ comes and love between father and daughter. That the most scary thing is not about lost someone who we love, but know she/he sad, especially because of us.

Cerpen : Akhir Cerita

Masih sangat hangat dalam ingatan Rani tentang kata-kata yang sampai saat ini memotivasinya untuk tetap bertahan dalam rasa penasarannya kepada akhir cerita hidupnya. Leny berkata “ini semua adalah proses pendewasaan diri”. Sebenarnya Rani tidak begitu paham makna kalimat dari sahabat imutnya itu. ‘Bagian mana dari cerita ini yang bisa menjadikanku dewasa? Bagaimana bisa ini semua menjadi proses pendewasaan?’ Rani hanya membiarkan pertanyaan-pertanyaan di benaknya melayang bebas. Seiring Rani membiarkan waktu kosongnya secara tidak ia sadari terbuang untuk merenungi cerita hidupnya. Tidak jarang pula tetesan air matanya membasahi pipi halusnya. Sampai saat ini ia belum mengerti mengapa kedua sahabatnya menjauhinya, melemparkan tatapan tak ramah padanya, bahkan untuk bertegur sapa pun tidak mau. Dulu Rani begitu senang melewati waktu bersama Desi dan Safa. Tak terlihat raut wajah sedih ketika Rani bersama Desi dan Safa. Mereka bertiga selalu menyelesaikan masalah mereka bersama-sama. Seperti waktu Safa menangis tersedu-sedu karena putus dengan pacar pertamanya yang selingkuh di depan matanya sendiri. “Safa, kita memang belum waktunya berperang perasaan perihal cinta kepada lawan jenis kita. Seharusnya kamu biarkan rasa suka itu tumbuh sampai ada kepastian bahwa ia yang terbaik untukmu, jangan buru-buru memutuskan untuk pacaran…” kata Rani menenangkan Safa yang tak dapat menghentikan deraian air matanya. “Aku baru sadar, cowok bukan segalanya…” Safa mengusap air matanya lalu merangkul Rani dan Desi “Makasih karena kalian mau jadi sandaranku saat aku sedih..” Rani dan Desi saling menatap lalu tersenyum sambil mempererat pelukan mereka dengan Safa. Tidak pernah mereka merasa kesepian karena mereka saling mengisi kekosongan satu sama lain. Bagaimanapun juga mereka selalu berusaha ada ketika salah satu diantara mereka membutuhkan. “Des, kok kamu belum datang?” Safa dan Rani yang telah menunggu lama kedatangan Desi di bioskop memutuskan untuk menelfon Desi, mereka janjian untuk nonton sore itu. “ Maaf, nenekku baru saja masuk rumah sakit. Aku nggak bisa nonton bereng kalian sore ini, aku harus menjaga nenekku disini..” jawab Desi. Mendengar jawaban Desi, sekejap Rani dan Safa membatalkan rencana nonton lalu segera mendatangi Desi yang berada di rumah sakit menjaga neneknya. Bahkan mereka menangis bersama di suatu sore ketika mereka tak kuat menahan gertakan dari beberapa anak yang menganggap bahwa kedekatan mereka bertiga mengganggu teman-teman yang lain. Memang mereka bertiga sering terlihat bersama setiap saat, mereka juga sering pergi bertiga hanya untuk sekedar melepas beban masalah di pundak mereka. Banyak teman-teman menganggap mereka bertiga tidak kenal sekeliling, hanya bertiga dan tidak pernah dengan yang lain. Semua itu diamati baik-baik oleh Leny, teman sebangku Rani yang cukup dekat dengan Rani dan sudah Rani anggap sebagai sahabatnya. “Jangan punya hubungan yang terlalu dekat jika kamu dan dua sahabatmu itu tidak ingin merasakan betapa pahitnya perpisahan…” Leny pernah memperingatkan Rani. Sampai pada suatu pagi, dengan wajah murung Rani masuk ke kelas. Beberapa hari memang Rani sedikit menutup diri, wajahnya lebih sering terlihat pucat karena tengah memikul beban yang berat bahkan untuk sekedar diceritakan pada Desi dan Safa. “Ada apa denganmu, Ran?” Tanya Leny halus. Tapi Rani hanya menggelengkan kepala. Begitu juga dengan Safa dan Desi. Ketika Safa dan Desi mencoba berbicara dengan Rani, Rani tidak mau menjelaskan titik permasalahannya. Rani menutupi sesuatu, ia berusaha mengembalikan senyumnya agar tak banyak temannya bertanya tentang keadaan dirinya. Ia belum siap untuk menceritakan masalahnya pada siapapun. Tapi, ketika Rani berhasil menghias wajahnya dengan senyum cerianya, justru perlahan Desi dan Safa tampak menjauhi Rani. Ketika Rani sudah siap menceritakan masalahnya pada Desi dan Safa, mereka justru melemparkan tatapan tak ramah dan senyum yang terpaksa. Rani tidak paham mengapa sikap mereka tiba-tiba saja berubah. Akhirnya Rani menceritakan masalahnya pada Leny, tapi Rani melarang Leny untuk menceritakannya pada siapaun termasuk Desi dan Safa. “Biar aku yang menceritakan semua ini pada Safa dan Desi, jangan dahului aku becerita. Aku yakin kamu bisa menjaga rahasia ini Len..” pesan Rani setelah selesai bercerita. Semakin hari suasana semakin tidak enak, Desi dan Safa benar-benar jauh dengan Rani. Mereka sibuk bercanda dengan yang lain tapi tidak dengan Rani. Rani semakin merasa tidak nyaman, tapi ia berusaha tetap biasa seperti tidak ada hal yang aneh pada sikap kedua sahabatnya itu. Padahal, Rani sering meneteskan air matanya untuk Safa dan Desi yang kini tak lagi dekat dengannya. “sabarlah Ran, ini semua adalah proses pendewasaan diri..” tegur Leny yang mendapati teman sebangkunya itu menangis di pojokan kelas sepulang sekolah sambil memandangi foto-foto ketika ia masih sangat dekat dengan Desi dan Safa. Berbulan bulan sudah Rani membiarkan keadaan tak enak itu begitu saja sampai akhirnya pada suatu pagi Rani tak masuk sekolah. Lalu secara tiba-tiba ketua kelas berbicara di depan kelas, memberitahu seluruh anggota kelas bahwa Rani keluar dari sekolah atas dasar kemauannya sendiri. Menanggapi hal itu, Desi dan Safa hanya saling bertatapan mata tanpa tahu apa yang semestinya mereka lakukan. Sepulang sekolah, Leny mengajak Safa dan Desi pergi tanpa mau menyebutkan tujuan akan pergi kemana. Awalnya Desi dan Safa tidak mau karena mereka punya rencana pergi ke rumah Rani untuk meminta maaf atas sikap mereka yang sempat berubah. Tapi, dengan paksaan keras, Leny berhasil membuat Safa dan Desi menyetujui untuk ikut dengannya. Leny mengajak Safa dan Desi ke sebuah rumah sakit tanpa mengatakan alasannya. Leny membawa Desi dan Safa masuk ke sebuah ruangan yang ramai dengan suara tangisan. “Ada apa Len?” Safa dan Desi kaget melihat orang tua dan adik Rani ikut menangis di tengah beberapa orang lain. Leny tetap diam, ia mengajak Desi dan Safa mendekat ke tempat tidur lalu membuka selimut yang menutup seluruh tubuh seseorang dibaliknya. Safa dan Desi hanya diam sambil perlahan meneteskan air mata mereka ketika mengetahui bahwa seseorang dibalik selimut itu adalah Rani. Disaat itu, Leny memberikan sebuah amplop berisi surat dari Rani yang sudah lama ingin Rani berikan kepada Desi dan Safa. Untuk sahabat terbaikku, Desi dan Safa. Assalamu’alaikum kawan,, Aku minta maaf kepada kalian, mungkin aku belum bisa menjadi sahabat yang baik bagi kalian tapi yakinlah bahwa walau bagaimanapun aku senang pernah dekat dengan kalian. Aku juga ingin megucapkan terima kasih karena kalian mau menjadi sahabatku dan kalian pernah membuatku bahagia, kalian adalah dua orang yang membuatku tetap ingin bertahan dalam penyakit yang akan memakan umurku. Aku hanya ingin suasana seperti sekarang ini cepat berakhir, aku kangen pelukan hangat kalian yang menenangkan hatiku ketika hatiku penuh dengan kegalauan…aku tidak ingin sampai di akhir hidupku, kita tetap tak bertegur sapa… tapi aku tidak berharap banyak,, jika kalian membutuhkanku, datanglah padaku tapi jika kalian telah menemukan teman yang lebih baik dariku, aku mohon tinggalkanlah aku.. Wassalamu’alaikum Salam kangen, Rani Desi menutup kertas surat itu dan memeluk Safa erat-erat. Mereka menangis menyesal kerena pernah menjauhi Rani. “Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui, Rani tiada bukan sepenuhnya karena penyakitnya. Ia diambil lebih cepat oleh yang Maha Kuasa tadi pagi setelah kecelakaan..” jelas Leny sambil perlahan menutup kembali selimut yang menutupi Rani. “Sebentar Len, biarkan kami meminta permohonan maaf terakhir pada Rani” Desi menahan gerakan tangan Leny ketika menutup Rani dengan selimut. Satu per satu Desi dan Safa membisikkan kata maaf paling tulus dari hati mereka pada Rani lalu mencium kening sahabatnya yang telah tiada itu sebelum Leny melanjutkan untuk menutup selimut Rani. Rani masih belum mengetahui akhir ceritanya, padahal kini ia tak dapat lagi membuka matanya. Sampai nafas terakhirnya berhembus, Rani tidak tahu alasan Desi dan Safa menjauhinya.